Ketika kita kecil, tak berdaya, Ayah Ibu selalu ada untuk kita. Memberikan kasih sayangnya tanpa menghitung-hitung dan tanpa diukur-ukur. Memberikan pelukan erat dan ciuman hangat di 24 jam hari-hari kita.
Ketika kita mulai beranjak besar, setiap hari Ayah Ibu selalu mendoakan kita tanpa henti. Selalu khawatir ketika kita mengalami kesulitan. Selalu memikirkan kit
a di atas kondisi mereka sendiri. Rela memberikan apa saja demi mengulas senyum dan membuang khawatir dari wajah kita.
Pertanyaannya, ketika kita sudah mulai memperoleh penghasilan
sendiri, apakah kita ingat kepada mereka? Ketika kita bahagia, apakah
kita ingat untuk membahagiakan mereka?
Sahabatku, bagi yang
sudah punya penghasilan coba ingat-ingat. Ketika kita menerima
penghasilan / gaji pertama kita, siapakah orang yang pertama kali kita
traktir? Teman-teman kah? Pasangan kah? Gebetan kah? Pasti sebagian
besar dari kita melakukan ini, Ayah Ibu di “nomor dua” kan.
Sadarkah kita bahwa jika kita memfokuskan setiap hari kita untuk
membalas jasa Ayah Ibu, maka upaya kita itu tak akan mampu bisa
membalasnya? Sadarkah kita, bahwa kasih sayang mereka kepada kita selalu
ada untuk kita bahkan ketika kita melukai perasaan mereka?
Sahabatku, kemudahan demi kemudahan akan kita temukan ketika kita bisa
memberikan yang terbaik kepada Ayah Ibu kita. Membahagiakan keduanya.
Membalas jasa-jasa mereka. Juga mengulas sejuta senyuman bahagia di
wajah mereka. Pastikan beberapa impian kita adalah untuk kebahagiaan
kedua orang tua kita. Lalu sampaikan keinginan kita itu, lalu mintakan
doa restu keduanya.
by : quryno ata rowa