PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tinju terbagi dalam dua jenis yaitu tinju
modern dan tinju tradisional atau orang biasa menyebutnya dengan tinju
adat. Tinju modern sudah pasti menggunakan peralatan yang modern dan
membutuhkan biaya yang banyak. Sedangkan tinju adat masih menggunakan
alat-alat tradisional.
Tinju tradisional selalu
dirayakan setiap tahun oleh beberapa suku di kabupaten Nagekeo ,
propinsi Nusa Tenggara Timur misalnya di Desa Rowa (Kampung Wolopogo), Kampung Bo'awae, Dhere isa, Kampung Olaewa, Kampung Malalaja dan masih banyak kampung lain menyelenggarakan tinju adat ini. Dalam tinju adat tersebut tidak
membutuhkan uang yang banyak karena semua peralatan yang dibutuhkan dan
fasilitas yang digunakan masih terbuat dari bahan- bahan tradisional
yang mudah didapat. Dan orang-orang yang akan menjadi petinju tidak
dibayar dengan uang. Meskipun demikian orang-orang tetap menyukai tinju
adat karena sudah menjadi tradisi orang-orang di daerah tersebut. Konsep
mereka adalah dengan melakukan tinju , nama mereka lebih dikenal oleh
banyak orang. Dan bahkan orang-orang di daerah tersebut merayakan tinju
adat dengan beberapa tujuan. Selain menghibur masyarakat, tinju adat
juga diadakan untuk menjalin relasi atau hubungan diantara berbagai
suku di kabupaten tersebut.
Tinju adat hanya dilakukan oleh laki-laki
.Tinju adat terbagi atas beberapa tahapan. Yang pertama, tinju bagi
anak-anak. Tinju ini dirayakan pada malam hari. Dalam
tinju ini hanya dilakukan oleh anak-anak di kampung tersebut dengan anak-anak dari kampung tetangga yang berdekatan dengan kampung
tersebut. Mereka biasanya menggunakan alat yang terbuat dari tanduk kerbau, yang
disekitar tanduk kerbau di balut dengan pintalan tali ijuk dari pohon enau. Sebelum dan sesudah tinju
biasanya diadakan tarian tradisional dengan menggunakan alat musik
tradisional dari bambu yang biasa disebut orang setempat yaitu "nelo".
Pada tahap yang kedua adalah tahap yang
paling dinanti-nantikan oleh para pemuda pemudi. Biasanya dilaksanakan
pada malam sebelum tinju orang dewasa. Disana
akan diadakan sebuah upacara yang sangat ramai yaitu tarian tradisional
yang disebut “dero “. Orang- orang
akan menari mengelilingi api dan membentuk satu lingkaran besar. Orang
–orang yang menari akan disuguhkan minuman tradisional yang berasal dari
buah lontar yang disebut “ Tuak “. Tarian
ini dilakukan sepanjang malam dan tidak akan berhenti sampai menjelang
pagi. Malam ini, merupakan malam yang tepat bagi pemuda untuk mencari
pasangan mereka. Mereka akan membuat kelompok- kelompok kecil di
arena tarian. Dan suasana pada malam tersebut akan
menjadi sangat ramai dan menjadi kenangan tersendiri bagi orang yang
merayakannya.
Pada tahap yang terakhir adalah tinju bagi orang
dewasa. Tinju ini akan diselenggarakan pada keesokan harinya. Dan sudah
menjadi kebiasaan di daerah tersebut tinju untuk orang dewasa
dilaksanakan pada hari sabtu sore. Sebelum tinju orang dewasa, biasanya
diawali dengan beberapa pasang petinju anak- anak. Dalam tinju ini,
sering dihadiri oleh berbagai suku dari kabupaten tersebut. Tinju
berlangsung sampai hari mulai gelap. Jika ada kekacauan atau terjadi
hal-hal diluar dugaan, biasanya alat musik dibunyikan dan ada seorang
bapak tua menunggang kuda berlari mngelilingi arena tinju yang didalam
arena tinju ada batu ceper besar yang sudah disusun oleh orangtua tua yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya di kampung tersebut, yang biasa disebut “ngabe ”. Hal ini menandakan bahwa tinju sudah selesai. Sehingga masyarakat boleh
pulang ke rumah masing-masing.
Video tinju adat tradisional di DI KABUPATEN NAGEKEO