HOME

Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 September 2012

POTONG GIGI DI KECAMATAN BOAWAE

PENGERTIAN DAN MAKNA ADAT POTONG GIGI TRADISIONAL KAMPUNG-KAMPUNG 

DI KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO  
NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh: QURINUS SEZO

Adat potong gigi ada yang menyebut menurut bahasa setempat disebut "zuza ngi'i atau koa ngi'i" yang dimaksud adalah memotong atau meratakan empat gigi seri dan dua taring kiri dan kanan, pada rahang yang secara simbolik diasah dan diratakan. Potong gigi ini diberlaku pada remaja/gadis yang umurnya sekitar 12 sampai 23 tahun.

Adapaun makna yang dikandung dalam upacara ini "zuza ngi'i atau koa ngi'i" adalah: pertama sebagai simbolis meningkatnya seorang gadis menjadi dewasa, yakni manusia yang telah mendapatkan pencerahan, sesuai dengan makna kata dewasa, sudah bisa hidup mandiri, memenuhi kewajiban orang tua dan sudah bisa mencari jodoh serta sudah bisa dipinang oleh lelaki yang sudah dewasa yang belum mempunyai istri dan anak. Kedua secara spiritual, seseorang yang telah disucikan oleh adat setempat.

Berdasarkan pengertian dan makna upacara "zuza ngi'i atau koa ngi'i" berarti mengangkat derajat seorang gadis menjadi dewasa dan dapat dipinang oleh lelaki yang dewasa. Lelaki yang menjadi jodoh atau tunangannya baik dari dalam atau luar kampung tersebut.

TINJU ADAT TRADISIONAL

DI KABUPATEN NAGEKEO
PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR









  
Tinju terbagi dalam dua jenis yaitu tinju modern dan tinju tradisional atau orang biasa menyebutnya dengan tinju adat. Tinju modern sudah pasti menggunakan peralatan yang modern dan membutuhkan biaya yang banyak. Sedangkan tinju adat masih menggunakan alat-alat tradisional.
Tinju tradisional selalu dirayakan setiap tahun oleh beberapa suku di kabupaten Nagekeo , propinsi Nusa Tenggara Timur misalnya di Desa Rowa (Kampung Wolopogo), Kampung  Bo'awae, Dhere isa, Kampung Olaewa, Kampung Malalaja dan masih banyak kampung lain menyelenggarakan  tinju adat ini. Dalam tinju adat tersebut tidak membutuhkan uang yang banyak karena semua peralatan yang dibutuhkan dan fasilitas yang digunakan masih terbuat dari bahan- bahan tradisional yang mudah didapat. Dan  orang-orang yang akan menjadi petinju tidak dibayar dengan uang. Meskipun demikian orang-orang tetap menyukai tinju adat karena sudah menjadi tradisi orang-orang di daerah tersebut. Konsep mereka adalah dengan melakukan tinju , nama mereka lebih dikenal oleh banyak orang. Dan  bahkan orang-orang di daerah tersebut merayakan tinju adat dengan beberapa tujuan. Selain menghibur masyarakat, tinju adat juga diadakan untuk  menjalin relasi atau hubungan diantara berbagai suku di kabupaten tersebut.
Tinju adat hanya dilakukan oleh laki-laki .Tinju adat terbagi atas beberapa tahapan.  Yang pertama, tinju bagi anak-anak. Tinju ini dirayakan pada malam hari. Dalam tinju ini  hanya dilakukan oleh anak-anak di kampung tersebut dengan anak-anak dari kampung tetangga yang berdekatan dengan kampung tersebut.  Mereka biasanya menggunakan alat yang terbuat dari tanduk kerbau, yang disekitar tanduk kerbau di balut dengan pintalan tali ijuk dari pohon enau. Sebelum  dan sesudah tinju biasanya diadakan tarian tradisional dengan menggunakan alat musik tradisional dari bambu yang biasa disebut orang setempat yaitu "nelo".

Pada tahap yang kedua adalah tahap yang paling dinanti-nantikan oleh para pemuda pemudi. Biasanya dilaksanakan pada malam sebelum tinju orang dewasa. Disana akan diadakan sebuah upacara yang sangat ramai yaitu tarian tradisional yang disebut  “dero “. Orang- orang akan menari mengelilingi api dan membentuk satu lingkaran besar. Orang –orang yang menari akan disuguhkan minuman tradisional yang berasal dari buah lontar yang disebut “ Tuak “.  Tarian ini dilakukan sepanjang malam dan tidak akan berhenti sampai menjelang pagi. Malam ini, merupakan malam yang tepat bagi pemuda untuk mencari pasangan mereka. Mereka akan membuat kelompok- kelompok kecil di arena tarian. Dan suasana pada malam tersebut akan menjadi sangat ramai dan menjadi kenangan tersendiri bagi orang yang merayakannya. 
 
Pada tahap yang terakhir adalah tinju bagi orang dewasa. Tinju ini akan diselenggarakan pada keesokan harinya. Dan sudah menjadi kebiasaan di daerah tersebut tinju untuk orang dewasa dilaksanakan pada hari sabtu sore. Sebelum tinju orang dewasa, biasanya diawali dengan beberapa pasang petinju anak- anak. Dalam tinju ini, sering dihadiri oleh berbagai suku dari kabupaten tersebut. Tinju berlangsung sampai hari mulai gelap. Jika ada kekacauan atau terjadi hal-hal diluar dugaan,  biasanya alat musik dibunyikan dan  ada seorang bapak tua menunggang kuda berlari mngelilingi arena tinju yang didalam arena tinju ada batu ceper besar yang sudah disusun oleh orangtua tua yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya di kampung tersebut, yang biasa disebut “ngabe ”. Hal ini menandakan bahwa tinju sudah selesai. Sehingga masyarakat boleh pulang ke rumah masing-masing. 

Video tinju adat tradisional di  DI KABUPATEN NAGEKEO