HOME

Minggu, 28 Oktober 2012

Terlelap Sejenak dengan IBUNDA



Matahari bersinar dengan lembut, udara pagi masuk ke ruang kamar yang remang-remang membuat udara kamar menjadi sangat menyegarkan. Pagi itu terdengar juga suara burung berkicau tapi tidak bersahutan, mungkin si burung sedang membangunkan teman-teman burung lainnya yang masih terlelap.

Terngiang ucapannya yang ia ucapkan kepada ibundanya di awal tahun..

“Ibu,
mohon doakan aku, tahun ini aku akan melipat gandakan penghasilanku melalui usahaku, aku ingin membahagiakan Ibu dengan hasil itu. Mohon doa restunya”.

Begitu ucapnya, janjinya, cita-citanya yang ia ungkapkan di hadapan sang Ibunda tercintanya. Tak terasa setitik air mata menetes di ujung mata yang masih terpejam itu. Mengingat selama ini Ucup merasa usahanya belum maksimal, ia lebih banyak bermain-main, melakukan hal-hal yang bukan seharusnya menjadi prioritasnya.

“Usia Ibu tidak muda lagi, kapan kamu mau mulai membalas jasa-jasanya?”

suara itu semakin memburunya..

“Wajah Ibu sudah mulai banyak berkerut di sana sini, kapan kamu mau membalas kebaikan-kebaikannya?”

suara itu kembali mengejarnya..

“Ibu memang tidak pernah meminta apa-apa, tapi apakah engkau tidak ingin melihatnya tersenyum sambil menangis karena bangga melihat anaknya berhasil?”

suara itu makin mengaduk emosinya..

Suara itu semakin membuat air matanya mengalir.. Ucup merasa berdosa, ia sangat mencintai Ibundanya tapi terkadang godaan dalam kesehariannya membuat ia lupa akan cita-citanya membahagiakan sang Ibu. Lingkungannya yang melenakan membuat ia lupa akan janjinya memberikan hanya yang terbaik untuk Ibundanya.

Bisa jadi kita adalah Ucup. Yang lupa bahwa kita harus membayar pengorbanan Ibu kita membesarkan kita dengan sepenuh cinta. Yang harus membuat bangga Ayah dengan kita menjadi manusia yang berhasil.Yang bisa membuat Ayah dan Ibu berkata

“Ini anakku.. aku bangga kepadanya!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.